Jumat, 02 Oktober 2009

Enzim Selulase

Hewan pemakan tumbuhan (herbivore) melakukan adaptasi fisiologi terhadap jenis makanannya. Makanan herbivore berupa tumbuh-tumbuhan. Padahal, sel tumbuhan berdinding tebal dan kuat karena mengandung selulosa. Oleh karena itu, tumbuhan lebih sulit dicerna dibandingkan makanan yang berupa daging. Untuk itu herbivore memiliki saluran pencernaan yang lebih panjang dibandingkan karnivora. Dalam usus herbivore juga terdapat mikroorganisme penghasil enzim selulose yang berfungsi mencerna serat tumbuh-tumbuhab (selulosa). Enzim tersebut tidak memiliki oleh hewan karnivora.

Toredo navalis yang dikenal dengan nama cacing pengebor memiliki enzim khusus yang dapat mencerna kayu. Dengan enzim yang dimilikinya, hewan tersebut sering merusak kayu-kayu kapal dan tiang-tiang kayu yang terdapat di pelabuhan.

Contoh lain adaptasi pada hewan adalah timbulnya hama tumbuhan yang kebal terhadap pestisida. Hama tersebut kebal karena tubuh hama telah melakukan adaptasi fisiologi.

Adaptasi fisiologi yang terjadi pada tubuh manusia antara lain terdapatnya butir-butir darah merah yang lebih banyak dalam darah seseorang yang hidup di daerah pegunungan. Hal itu ditandai dengan adanya kecenderungan orang-orang yang hidup di daerah pegunungan memiliki kulit yang berwarna kemerah-merahan. Kadar oksigen dan tekanan udara di daerah pegunungan relative rendah dibandingkan dengan kadar oksigen dan tekanan udara di dataran rendah. Dengan butir-butir darah merah yang lebih banyak, berarti makin banyak pula oksigen yang dapat diikiat. Dengan demikian, terpenuhilah kebutuhan oksigen yang diperlukan tubuh.

Contoh lain dari adaptasi fisiologi pada tubuh manusia adalah adanya pembagian atau pergantian kerja dalam sistem ekskresi. Pada waktu udara panas, alat ekskresi yang aktif pada tubuh manusia ialah kulit. Pada waktu udara dingin, alat ekskresi yang lebih aktif ialah ginjal.


1 komentar: